WAPALHI UNISNU JEPARA

Wahana Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup Universitas Islam Nahdlatul Ulama' Kabupaten Jepara

WAPALHI UNISNU JEPARA

Sebuah organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang kepencinta alaman, serta sosial kemanusiaan.

WAPALHI UNISNU JEPARA

Organisasi Mahasiswa yang mengajak berbuat nyata untuk membantu sesama

WAPALHI UNISNU JEPARA

Berusaha menumbuhkan rasa saling menghargai semua makhluk

WAPALHI UNISNU JEPARA

PARI CAKRA CIKARA GIRI

Showing posts with label UNISNU. Show all posts
Showing posts with label UNISNU. Show all posts

Monday, 27 November 2017

REVITALISASI HUTAN MANGROVE PESISIR JEPARA DIHADIRI KEPALA DLHK JAWA TENGAH

Revitalisasi hutan mangrove pesisir Jepara yang diselenggarakan oleh wahana pencinta alam dan lingkungan hidup (WAPALHI) Fakultas Syari'ah dan Hukum UNISNU Jepara dihadiri Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) Jawa Tengah.

Jepara,26/11. Wahana Pencinta Alam dan lingkungan Hidup (WAPALHI) Fakultas Syariah dan hukum UNISNU Jepara Menyelenggarakan Kegiatan penanaman mangrove dengan nama kegiatan Revitalisasi Hutan Mangrove Pesisir Jepara pada tanggal 25-26 November 2017 di desa Bulak Baru Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Kegiatan penanaman mangrove ini merupakan rangkaian dari Program hibah Bina Desa tahun 2017 KEMENRISTEKDIKTI oleh WAPALHI Fakultas Syariah dan Hukum UNISNU Jepara. Sebelumnya telah dilakukan kegiatan Management Organisasi masyarakat, pembinaan masyarat tentang budidaya mangrove, pembuatan bedeng serta pembibitan mangrove.
Dalam ceremonial Revitalisasi Hutan Mangrove Pesisir Jepara dihadiri oleh kepala Dinas Lingkungan hidup dan kehutanan (DLHK) provinsi Jawa Tengah beserta staff, kepala Dinas Lingkungan hidup Kabupaten Jepara, Kapolsek kedung, koramil kedung, pemerintah desa Bulak Baru, dan juga Ikatan Penyuluh Kehutanan Indonesia (IPKINDO) Jepara. Sedangkan dari Universitas Islam Nahdlatul ulama’ hadir Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UNISNU Jepara Mayadina Rohma Musfiroh, S.H.I., M.A. yang didampingi Wakil Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UNISNU Jepara Hudi, S.H.I., M.S.I.
Dalam laporan panitia yang disampaikan oleh Fuji Fatmawati selaku ketua WAPALHI Fakultas Syari’ah dan Hukum UNISNU Jepara kegiatan penanaman mangrove dalam Revitalisasi Hutan Mangrove Pesisir Jepara diikuti sebanyak 415 peserta dari unsur Mahasiswa Pencinta Alam se-jawa tengah, organisasi pencinta alam dan siswa pencinta alam se-jepara, masyarakat serta penggiat alam lainnya. Selain itu juga disampaikan dalam penanaman mangrove ini   ada 13.800 bibit mangrove yang akan ditanam, ia juga menyampaikan harapannya agar kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan yang dilakukan oleh WAPALHI Fakultas Syari’ah dan Hukum UNISNU Jepara selalu didukung oleh Steak Holder, Civitas Akademika, serta masyarakat.
kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Ir. Sugeng Riyanto, M.Sc mewakili Gubernur Jawa Tengah dalam sambutannya menyampaikan apresiasi diselenggarakannya kegiatan Revitalisasi Hutan Mangrove Pesisir Jepara yang dipandegani oleh Wahana Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup (WAPALHI) Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara, apalagi inti kegiatannya adalah menanam mangrove, yang gampang-gampang susah. Selain itu juga disampaikan agar kegiatan ini tidak sesaat, melainkan berkelanjutan. Harapannya cinta terhadap mangrove dapat bersemi dan tumbuh subur, hingga sadar atas pentingnya ekosistem mangrove. Hal ini saya sampaikan karena keberadaan 2/3 ekosistem mangrove dijawa tengah memerlukan rehabilitasi dan sebagian besar berada diwilayah pantura.

Setelah menyampaikan sambutan, kepala DLHK Provinsi Jawa tengah membuka kegiatan penanaman mangrove dengan memukul kentongan dan penyerahan bibit mangrove kepada ketua WAPALHI Fakultas Syari’ah dan Hukum UNISNU Jepara dan dilanjut penanaman simbolis. Setelah penanaman simbolis kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah juga bergabung bersama-sama dengan peserta penanaman untuk menanam mangrove di lokasi penanaman yang juga di ikuti para tamu undangan baik dari steak holder maupun civitas akademika.

Saturday, 9 September 2017

OPERASI SAR (SEARCH AND RESCUE)



A.    Tingkat Keadaan Darurat.
Dalam SAR dikenal 3 tingkat keadaan darurat yaitu :
1.      INCERFA (Ucertainityphase/ fase tidak menentu/ fase meragukan)
Adalah suatu keadaan emergency yang ditujukan dengan adanya kekhawatiran, kecemasan mengenai kehidupan/ keselamatan orang-orang/ penumpang pesaawat karena adanya informasi yang jelas bahwa mereka menghadapi kesulitan atau karena pesawat/ kapal itu tidak memberikan tentang informasi posko sebenarnya (loss contack).

2.      ALERFA (Alertphase/ fase mengkhawatirkan/ fase siaga)
Adalah suatu keadaan emergency yang ditujukan dengan adanya kekhawatiran, kecemasan mengenai kehidupan/ keselamatan/ penumpang pesawat karena adanya informasi yang jelas bahwa karena pesawat/ kapal tidak memberikan informasi lanjutan perkembangan posisi atau keadaanya.
3.      DETRESFA ( Distress Phase/ Fase darurat bahaya)
Adalah suatu keadaan emergency ang ditujukan bila bantuan yang cepat telah dibutuhkan oleh pesawat/ kapal yang tertimpa musibah karena telah terjadi informasi perkembangan posisi/keadaan setelah prosedur Alert Phase dilalui.

B.     Tahapan Operasi SAR
Untuk mempermudah operasi SAR maka operasional dibagi dalam kelompk tahapan-tahapan, yaitu sebagai berikut:
1.      Awareness Stage ( Tahap Kekhawatiran )
Kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat mungkin akan muncul. Termasuk didalamnya penerimaan informasi keadaan darurat dari seseorang.

2.      Initial Action Stage ( TAhap Kesiagaan )
Aksi persiapan ini diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dapat mendapatkan informasi yang lebih jelas, termasuk didalamnya Mengevaluasi dan mengklasifikasikan informasi yang didapat, Menyiapakan fasilitas SAR, Pencarian awal dengan komunikasi (Plemininary Communication Check), Perluasan pencarian degan komunikassi (Extender Communication Check Excom). Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya setelah tahapan tersebut bila keadaan mengharuskan.
3.      Planing Stage (Tahap Perencanaan)
Yaitu suatu pengembangan perencanaan yang efektif termask didalamnya Pertunjukan SMC (SAR Mission Coordinator), Perencanaan pencarian dan dimana sepatutnya dilaksanakan. Menentukan posisi paling mungkin ( Most Propible Position/ MPP) dari korban yang keadaan darurat itu. Luas dari Search Area. Tipe pola pencarian. Perencanaan pencarian yang dapat dipakai. Memilih pembebasan/ Delivery Point yang aman bagi korban
4.      Operation Stage (Tahap Operasi)
Yaitu tahap operasi termasuk didalamnya yaitu Fasilitas SAR bergerak ke lokasi. Melakukan pencarian. Menolong/ menyelamatakan orang. Memberikan perawatan gawat darurat pada orban yang membutuhkan pertolongan. Melakukan penggantian/ penjadwalan pasukan pelaksanan di lokasi kejadian.
5.      Mission Conclusion Stage (Tahap Akhir Misi)
Tahap konklusi ini adalah gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke lokasi semula darinya (Reguler Location) termasuk didalamnya Mengembalikan pasukan ke pangkalan (base camp) pencarian.
Penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
Membuat dokumentasi misi SAR. Mengembalikan SAR Unit ke instansi masing-masing.

MATERI PENGETAHUAN SAR


A.    Pengertian SAR
Search and Rescue (SAR) diartikan sebagai usaha dan kegiatan kemanusiaan untuk mencari dan memberikan pertolongan kepada manusia dengan kegiatan yang meliputi: Mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam bencana atau musibah. Mencari kapal dan atau pesawat terbang yang mengalami kecelakaan. Evakuasi pemindahan korban musibah pelayaran, penerbangan, bencana alam atau bencana lainya dengan sasaran utama penyelamatan jiwa manusia.

B.     Lahir Dan Berkembangnya SAR di Indonesia
Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, yang menggunakn sarana perhubungan dengn sarana darat, laut, dan udara. Hal ini memungkinkan adanya
musibah atau bencana seiring dengan pertumbuhan penduduknya.Sejak tahun 1950, Indonesia sudah terdaftar sebagai anggota ICAO ( International Civil Aviation Organization) dan IMCO (Internasional Maritime Consutative Organization) yag wajib memberikan pelayanan SAR jika terjadi musibah atau kecelakaan pada penerbangan ataupun pelayaran serta bertanggung jawab atas wilayahnya dengan melakukan koordinasi SAR.
Karena sifat dari musibah, jarak,teknik,dan unsur SAR dari unit-unit terkait semakin banyak maka pada tanggal 28 Februari 1972 di bentuklah Badan SAR Indonesia (BASARI) berdasarkan Kepres no.11 tahun 1972, yang kemudian berganti menjadi
Badan SAR Nasional (BASARNAS) berdasarkan Kepres no. 47 tahun 1979 yang merupakan lembaga pelaksana kegiatan SAR tingkat pusat. Pada tahun 1993 secara kelembagaan organisasi SAR tumbuh dan berkembang makin pesat, baik di kalangan instansi pemerintah atau masyarakat yang semuanya mnjalankan fungsi SAR yaitu kegiatan evakuasi, seperti Mawil Hansip sebagai coordinator pelaksana penanggulangan bencana alam (SalKorLak PBA) ataupun kelompok-kelompok pencinta alam yang membentuk tim ksusus dengan tugas melaksanakan kegiatan SAR. Dalam perkembangannya kegiatan SAR dibedakan menjadi 3, yaitu : SAR darat, SAR air, dan SAR Udara.
1.      Badan SAR Indonesia (BASARI)
BASARI merupakan Badan SAR yang pertama di Indonesia, yang merupakan badan yang menyelenggarakn tugas-tugas pencarian dan pertolongan serta berkedudukan dan bertanggungjawab kepada presiden. BASARI mempunyai fungsi sebagai berikut:
a.      Mengkoordinasikan semua kegiatan atau usaha-usaha pencarian dan pertolongan sesuai dengan peraturan SAR nasinal dan internasional,
b.   Merencanakan, membina, dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan SAR di wilayah dan di daerah.
c.    Menyelenggarakan kerjasama dengan negara tetangga dan organisasi internasional di bidang SAR.
2.      Badan SAR Nasional (BASARNAS)
BASARNAS yang dulunya adalah PUSARNAS mempunyai tugas pokok membina dan mengkoordinasi semua usaha kegiatan pencarian, pemberian pertolongan dan penyelematan sesuai dengan peraturan SAR nasional dan international terhadap orang dan materiil yang hilang atau menghadapi bahaya dalam penerbangnan, pelayaran dan bencana alam.
C.     Struktur Intern BASARNAS terdiri dari :
1.      Sekretariat Badan
Bertugas memberikn pelayanan teknis dan administrative bagi seluruh satuan organisasi lingkungan BASARNAS dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

2.      Pusat Pembinaan
Bertugas membina, memberikan pengarahan serta mengkoordinasi potensi-potensi SAR baik tenaga maupun peralatan dan persiapan menghadapi setiap kemungkinan terjadinya musibah penerbangan, pelayaran dan bencana alam.

3.      Pusat Operasi SAR
Bertugas membina dan melaksanakan pengendalian operasi komunikasi dan elektronika, maka Pusat Operasi SAR terdiri dari bidang pengendalian dan bidang komunikasi elektronika.

4.      Kantor Koordinator Rescue (KKR)
Kantor Koordinator Rescue (KKR) bertugas memyelenggarakan suatu koordinasi Rescue guna mengkoordinir semua unsure SAR dan fasilitas SAR untuk kegiatan di wilayah tanggungjawabnya. Organisasi Intern KKR adalah sebagai berikut
a.    Seksi Perencaan : Bertugas membantu kepala KKR di bidang perencaan dan program serta mempersiapkan perjanjian dengan instansi lainya.
b.      Seksi Operasi : Bertugas melaksanakan system dari SAR dalam wilayah tanggung jawabnya.
c.       Seksi Umum : Bertugas menyelenggarakan pelayanan teknis dan administrative.

Jumlah KKR di Indonesia ada 4 yaitu :
a.       KKR I: Jakarta dengan wilayah tanggung jawab melipui seluruh Sumatera, wilayah negara kita di LAut Cina Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah (sesuai FIR Jakarta ditambah seluruh kepulauan Riau dan ebagian Laut Cia Selatan).
b.    KKR II: Surabaya dengan wilayah tangung jawab meiputi Kalimanatan Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timr (sesuai FIR Denpasar)
c.   KKR III: Ujung Pandang dengan wilayah tanggung jawab meliputi seluruh Sulawesi dan Maluku (sesuai FIR Ujung Pandang).
d.      KKR IV: Biak dengan Wilayah tangug jawab meliputi seluruh Irian Jaya (sesuai FIR Biak).
5.      Sub Koordinasi Rescue (SKR)
Sub Koordinasi Resceu (SKR) mempunyai tugas sebagai berikut :
a.   Sebagai perangkat pelaksana SAR, mengkoordinaasikan dan mengarahkan pengguaan fasiitas sarana personil di wilayah tanggung jawabnya. SKR mempunyai fungsi melaksanakan peningkatan kesiagaan dan kemampuan teknis perasional.
b.      Mengusahakan kerja sama semua unsur SAR yang berada dalam wilayahnya.
c.  Menghubungi instansi pemerintah dan swasta di wilayah tanggungjawabnya sebagai koordinasi SAR.
d.      Merencanakan dan mengadakan pelaksanaan-pelaksanaan SAR dalam wilayahnya.
e.       Mengumpulkan data-data keterangan fasilitas, saran personil dan materiil dalam ilayahnya yang dilakukan untuk tugas SAR.
f.       Menyusun laporan hasil pelaksanaan SAR.

Friday, 8 September 2017

PENYAKIT GUNUNG: HIPOKSIA

Melakukan pendakian gunung merupakan sebuah aktifitas yang harus di fikirkan dan dipersiapakan secara matang baik untuk pemula maupun yang telah profesional, karena pendakian merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai resiko tinggi. Banyak resiko-resiko yang dapat menimpa kita ketika kita lengah dalam mempersiapkan aktifitas pendakian.
Salah satu resiko yang dapat terjadi ketika kita melakukan pendakian adalah terkena Hipoksia, Hipoksia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan kadar oksigen pada jaringan tubuh manusia. Ini bisa terjadi panda pendaki gunung karena semakin tinggi gunung maka juga semakin menipis kadar oksigen yang ada. Hipoksia dapat meneyebabkan seseorang tidak sadarkan diri, koma bahkan meninggal dunia. Hal-hal yang mempengaruhi kondisi daya tahan tubuh seseorang terhadap hipoksia saat pendakian sebagian dipengaruhi oleh kandungan hemoglobin dan sel darah merah yang berfungsi untuk mengikat oksigen pada saat pernafasan untuk dialirkan keseluruh tubuh. Selain itu seseorang yang dalam kesehariannya sering di pegunungan atau bermukim disana biasanya akan lebih resisiten terserang hipoksia, hal ini akibat adaptasi tubuh terhadap lingkungan minim oksigen dengan mengimbanginya melalui produksi sel darah merah yang lebih banyak. Hipoksia saat pendakian diklasifikasikan menjadi 2 macam:
1.      Hipoksia bersifat akut.
Hipoksia bersifat akut biasa terjadi saat keracunan gas karbon monoksida pada udara yang diselimuti suatu zat semisal saat melakukan pendakian gunung lalu menghirup udara yang mengandung belerang, dimana secara mendadak udara bersih yang dihirup seseorang menjadi gas yang mengandung racun lalu membuatnya tidak sadarkan diri atau pingsan.

2.      Hipoksia jenis fulminan
Hipoksia yang terjadi begitu singkat dimana saat proses pernafasan mendadak paru menyedot udara tanpa disertai oksigen kemudian kurun waktu 1 menit penderita terkapar pingsan.
Adapun tanda-tanda gejala secara fisik dari hipoksia saat pendakian antara lain tubuh lemas, jatung berdebar, sesak nafas, pusing, nafas cepat kedinginan dan dangkal, serta pandangan kabur. Hipoksia saat pendakian memicu peningkatan frekuensi pernapasan dengan memforsir kerja paru untuk bernafas dengan cepat guna mencukupi kebutuhan tubuh akan gas oksigen. Hipokasia saat pendakian organ jantung juga mesti bekerja ekstra untuk memompa gas oksigen yang terdapat dalam darah yang jumlahnya sedikit tersebut untuk dipasok ke sel dan jaringan yang terdapat di seluruh tubuh.
Sedang dari segi perilaku hipoksia saat pendakian juga bisa dikenali lewat konsentrasi dan cara berfikir yang susah untuk menentukan keputusan dengan tepat dan kacau. Kondisi hipoksia yang didominasi perasaan emosi akan sangat menentukan seseorang pendaki dalam penentuan suatu keputusan. Sehingga akibat oksigen yang kurang untuk menutrisi otak dan mengakibatkan otak tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik akan menyebabkan fenomena tersesat saat pendakian.
Apabila dalam pendakian terkena Hipoksia  maka anda bisa melakukan beberapa hal berikut:
1.      Menghirup oksigen dari tabung oksigen yang kita bawa sebagai PPPK. Untuk mengantisipasi dan sebagai pertolongan pertama saat terjadinya hipoksia saat pendakian persiapkan tabung oksigen sebelum anda melakukan pendakian anda bisa memanfaatkan tabung oksigen dengan ukuran mini dan fleksibel ditenteng kemanapun dan bisa didapat dengan harga terjangkau di apotek terdekat.
2.      Mengkondisikan korban, Jika dengan tabung oksigen berukuran mini belum begitu memperlihatkan perubahan cobalah untuk membuat pakaian korban lebih longgar dengan membuka ikat pinggang, BH karna memungkinkan telalu kencang, serta kerah pada pakaian untuk memeperlancar dan mempermudah proses pernafasan.
3.      Mobilisasi korban, Jika kondisi memungkinkan semisal pendaki sudah membaik segera mobilisasi korban menuju kedataran yang lebih rendah, hal ini bertujuan untuk mencegah kondisi hipoksia saat pendakian yang lebih parah yang berpotensi memicu kerusakan pada organ tubuh akibat asupan oksigen menuju organ tubuh berkurang,  selain itu mobilisasi ke dataran yang lebih rendah memungkinkan korban memperoleh suplay oksigen yang lebih pada proses pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
4.      Memberinya asupan air, Air mineral bisa sedikit membantu pemulihan kondisi hipoksia saat pendakian. Karena dalam air juga terkandung oksigen yang mampu memberikan nutrisi oksigen dan memberi asupan tenaga pada penderita hipoksia.
5.      Disepanjang pendakian biasanya dibangun pos-pos disetiap level ketinggian tertentu, manfaatkan fasilitas ini untuk beristirahat, makan dan minum secukupny atau sekedar duduk. Karena hal ini selain membuang sedikit lelah juga untuk memeberi kesempatan tubuh beradaptasi dengan lingkungan yang lebih tinggi yang pastinya dengan kondisi udara yang berbeda dan kadar oksigen yang lebih menipis, sehingga resiko hipoksia saat pendakian dapat sedikit terhindarkan.
6.      Bagi anda para pendaki pemula maupun professional terutama yang memiliki riwayat anemia, anda harus senantiasa waspada dengan menjaga kondisi tubuh tetap vit dan membawa obat pribadi sebagai antisipasi saat sakit dan tabung oksigen mini untuk mengatasi hipoksia saat pendakian benar terjadi.

Thursday, 7 September 2017

CARA MENGATASI PENYAKIT GUNUNG: HIPOTERMIA


Hipotermia termasuk kondisi yang membutuhkan penanganan medis darurat. Dimana suhu tubuh mengalami penurunan dengan drastis dibawah suhu normal yang dibutuhkan oleh metabolisme dan fungsi tubuh. Saat temperatur tubuh berada jauh di bawah titik normal, sistem persarafan dan fungsi organ lain dalam tubuh akan mulai terganggu. Apabila tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan kegagalan sistem pernafasan dan sistem sirkulasi (jantung), dan akhirnya menyebabkan kematian. Situasi yang biasanya melanda pendaki gunung sehingga menyebabkan terkena hipotermia adalah Tidak mengenakan pakaian yang tepat saat mendaki gunung, Berada terlalu lama di tempat dingin, Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu cukup lama, Suhu dingin yang terlalu rendah atau cuaca yang ekstrim.

A.    JENIS – JENIS HIPOTERMIA
Berdasarkan tingkat kecepatan oenurunan suhu tubuh  tubuh hipotermia dapat dibedakan menjadi:
1.      Hipotermia akut atau imersi. Kondisi ini terjadi apabila seseorang kehilangan panas tubuh secara mendadak dan sangat cepat, contohnya saat seseorang jatuh ke kolam yang dingin.
2.      Hipotermia akibat kelelahan. Pada kondisi yang terlalu lemah, tubuh tidak akan mampu menghasilkan panas, sehingga orang tersebut akan jatuh pada kondisi hipotermia.
3.      Hipotermia kronis. Jenis ini terjadi bila panas tubuh menghilang secara perlahan. Kondisi ini umum terjadi pada lansia yang tinggal di ruangan dengan kehangatan yang kurang.

B.     GEJALA HIPOTERMIA
Gejala hipotermia sangat beragam dan terkadang sulit dikenali. Gejala yang muncul tergantung pada seberapa rendah suhu tubuh pengidapnya. Gejala-gejala hipotermia umumnya berkembang secara perlahan sehingga sering tidak disadari oleh pengidapnya. Orang yang mengalami hipotermia ringan akan menunjukkan gejala yang meliputi menggigil yang disertai rasa lelah, lemas, pusing, lapar, mual, kulit yang dingin atau pucat, dan napas yang cepat. Jika suhu tubuh terus menurun tubuh pengidap hipotermia biasanya tidak bisa memicu respons menggigil lagi. Ini mengindikasikan tingkat keparahan hipotermia sudah memasuki tahap menengah hingga parah. Pengidap serangan hipotermia tingkat menengah akan mengalami gejala-gejala berupa:
1.      Mengantuk atau lemas.
2.      Bicara tidak jelas atau bergumam.
3.      Linglung dan bingung.
4.      Kehilangan akal sehat, misalnya membuka pakaian meski sedang kedinginan.
5.      Sulit bergerak dan koordinasi tubuh yang menurun.
6.      Napas yang pelan dan pendek.
7.      Tingkat kesadaran yang terus menurun.
Apabila tidak segera ditangani, suhu tubuh akan makin menurun dan berpotensi memicu hiportemia yang parah.
Hipotermia yang parah ditandai dengan gejala-gejala berikut:
1.      Pingsan.
2.      Denyut nadi yang lemah, tidak teratur, atau bahkan sama sekali tidak ada denyut nadi.
3.      Pupil mata yang melebar.
4.      Napas yang pendek atau sama sekali tidak bernapas.

C.     CARA MENCEGAH HIPOTERMIA
Berikut beberapa tips untuk mencegah serangan hipotermia:
1.      Ketika melakukan pendakian bawalah peralatan dan perlengkapan sesuai dengan prosedure pendakian
2.      Hindari kontak dengan air secara langsung. Jika hujan turun segera kenakan jas hujan, walaupun hujan yang turun tidak terlalu lebat atau masih rintik-rintik. Hujan yang rintik inilah yang seringkali menjadi penyebab lalainya pendaki yang dengan gengsinya beresiko terserang hipotermia.
3.      Jangan pernah mendaki dengan menggunakan celana jeans! celana jeans akan sangat sulit kering jika terkena basah baik oleh keringat maupun air hujan.
4.      Jangan berlama-lama mengenakan pakaian basah, pakaian basah adalah faktor utama penyebab turunnya suhu tubuh. Segera ganti dengan pakaian yang kering.
5.      Pastikan tidur dalam kondisi yang hangat, minimal tidak kedinginan. Alasi alas tidur dengan matras, gunakan sleeping bag, lapis tubuh dengan jaket tebal berbahan polar didalamnya, gunakan kupluk, double kaos kaki, juga pakai sarung tangan polar. Pastikan tidur anda nyaman dan aman dari hawa dingin.

D.    CARA MENGATASI HIPOTERMIA
Mengatasi penderita hipotermia dibedakan berdasar kondisi penderita, penderita dalam keadaan sadarkan diri atau dalam keadaan tidak sadarkan diri.
1.      Penderitan dalam keaadaan sadarkan diri.
a.       Ganti baju basah, dengan baju kering. Seperti disebutkan diatas, pakaian dalam keadaan basah lah yang bisa menjadi faktor utama serangan hipotermia datang. Ganti segera baju dan celana yang basah dengan pakaian yang kering nan hangat. Ganti secara perlahan, harus hati-hati karena tubuh penderita sangat rentan dengan goncangan.
b.      Kasih minuman hangat, Minuman yang hangat akan membantu tubuh untuk mengembalikan suhu tubuh yang hilang. Contohnya coklat hangat atau teh hangat.
c.       Kasih makanan berkalori tinggi, dalam usaha menyeimbangkan suhu tubuhnya manusia membutuhkan kalori yang tinggi, karena itu sangat disarankan penderita dibantu untuk mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi seperti sereal, sup hangat, coklat dan minuman manis lainnya.
d.      Ajak bergerak, Jika kondisi sudah membaik, penderita sudah mulai merasakan hangat di tubuhnya. Selanjutnya ajak penderita untuk bergerak, ajaklah ia berolahraga kecil agar tubuhnya maksimal dalam menghasilkan suhu tubuh. Tapi ingat jangan sampai membuat penderita terlalu lelah dan mengeluarkan keringat, karena jika berkeringat maka akan membuat pakaiannya basah dan bisa menimbulkan dingin datang kembali.
e.       Buat api unnggun di sekitar, usaha terakhir anda bisa membuat api unggun di sekitar guna menangkis udara dingin sekitar. Pastikan api unggun yang dibuat aman dan tidak membahayakan sekitar tenda.

2.      Penderita dalam keadaan tidak sadarkan diri
a.       Ganti baju basah dengan perlahan, pertama ganti bajunya yang basah perlahan, ganti dengan pakaian yang kering.
b.      Masukkan kedalam sleeping bag, jika sudah diganti dengan baju yang kering kemudian masukkan penderita kedalam sleeping bag dan lapisi dengan lapisan yg hangat, seperti jaket dan juga selimut, atau bila ada bungkus dulu dengan alumunium foil.
c.       Apabila masih belum terlihat ada perkembangannya buka bajunya peluk tubuhnya kulit ketemu kulit, kulit ketemu kulit, dipercaya atau tidak ini akan membantu mempercepat peningkatan suhu tubuh.
d.      Upayakan agar penderita segera sadarkan diri, tepuk-tepuk pipinya, ajak bicara, sebut namanya terus hingga ia sadarkan diri.
e.       Jika sudah sadarkan diri lakukan penanganan seperti point diatas “penanganan saat penderita dalam kondisi sadarkan diri”.